Aku
mengambil beberapa buku tahunanku, saat aku di sekolah dasar, saat aku di sekolah
menengah pertama, dan beberapa foto saat aku di sekolah menengah atas. Didalam
buku-buku kenangan tersebut terekam memori memori kenangan, sedih maupun
senang. Bagaimana rasa deg-degkannya
saat belum belajar ketika ingin kuis, bagaimana rasa sedih dan malunya ketika
aku masuk di kelas karantina, betapa senang nya ketika aku mengikuti olimpiade
dan dipilih untuk menuju SMAN 1 walaupun tidak jadi karena aku belum siap sama
sekali. Ketika aku menonjok teman sekelasku karena aku kesal, ya, aku ingat itu
SD kelas 2. Saat-saat dimana aku dan temanku dipanggil ke BK karena sering
bolos dari pelajaran tahfidz di kelas 1 SMA semester 2 karena aku tidak terima diturunkan
menjadi tahsin, ya, dari aku SD aku sudah di
sekolahkan di sekolah islam dan
aku sudah tahfidz sejak aku kelas 3 sd, tapi tiba-tiba aku diturunkan menjadi
tahsin karena aku tidak kuat mengahapal 5 baris dalam 1 pertemuan mungkin
karena itu. Sempat kesal juga, tapi sewaktu ujian akhir sekolah pelajaran
tahfidz dan ternyata menurut murid-murid tahfidz disuruh menghapal 60 baris aku dan temanku yang sama-sama protes
diturunkan di tahsin merasa senang karena kita tidak tahfidz, ya aku ingat
kenangan itu. Ya walaupun aku baru masuk
kelas 2 SMA tapi aku merasa kenangan-kenangan sejak aku SD dan SMP atau bahkan saat
aku tidak sedang di sekolah, seperti saat aku bertengkar dengan teman kecilku
yang dari TK sampai SMA kita satu sekolah karena berebut mainan lalu kakakku
datang dan membelaku, ya itu aku tidak ingat sebenarnya tapi yang ingat teman
kecilku itu dan dia menceritakan kepadaku.
Ada juga saat saat dimana aku sangat
kesal dengan tenggaku karena sering mengambil barangku, lalu aku melempar batu
ke dia dan dia menangis sedangkan aku langsung lari ke belakang jendela, ya ya
aku ingat itu. Aku ingat ketika aku kelas 1 SMA saat di sekolah ada acara, dan
aku beserta temanku berancana datang jam 9, tapi karena temanku merasa itu
terlalu siang jadi datengnya jam 8 dan ternyata di sekolah sepi, jadi kita
jalan-jalan ke perempatan gunadarma untuk membeli donat, dan ternyata tutup,
lalu kita berencana ke toko es krim dan itu juga tutup, akhirnya kita buat
rencana baru gimana kalau pergi ke universitas gunadarma, tapi karena kita
takut dan malu-malu akhirnya tidak jadi dan kita menuju calon universitas kita
Universitas Indonesia, menuju ke Fakultas Psikologi dan Fakultas Matematika dan
Ilmu pengetahuan Alam lalu kita berfoto-foto untuk menunjukkan bahwa kita calon
mahasiswa universitas Indonesia (emang
kalo moto-moto mesti alesannya itu? -.-).
Ya, aku ingat saat aku ingin
menjadi dokter, lalu berganti menjadi guru TK karena aku menyukai anak kecil
dan karena aku merasa tidak mampu untuk
menjadi dokter, tapi orangtuaku ingin aku menjadi sastra arab karena aku suka
bahasa arab, tapi aku bersikukuh ingin menjadi seorang ilmuwan karena aku
merasa seorang ilmuwan itu hebat, dapat menciptakan sesuatu yang blom pernah
terfikirkan oleh kita manusia, tapi tetap yang paling hebat adalah Allah subhannallahuwataala, dan karena aku
menyukai kimia, tapi itu awal SMA semester 1, dan ternyata kimia itu sangat
sangat mantap memusingkan, jadi aku beralih cita-cita yang aku yakin tidak akan
berubah lagi, cita-citaku keliling dunia, menjelajahi dunia, mempelajari budaya
Negara-negara, mempelajari bahasa dunia, dan jika aku mampu dan mempunyai ilmu
yang cukup aku juga ingin berdakwah di Negara-negara tempat aku datangi. Tapi
ada satu masalah yang cukup besar,
aku tidak bisa bahasa inggris, bahasa internasional.
Tapi bukankan untuk
mencapai cita-cita yang kita inginkan banyak rintangannya?. Bahkan yang tadinya
aku tidak bisa membedakan antara calon dengan mantan dan seiring berjalannya
waktu aku mulai mengerti apa perbedaan dari kedua kata tersebut. Lucu sekali
harus anak SMP sepertiku saat itu sudah mengerti kata egois, munafik, dll. Yang
anehnya lagi aku pernah berpikir mengapa baju disebut baju? ya, tapi itu tidak
terlalu penting.
* * *
Aku tersenyum melihat tulisanku sewaktu aku
baru naik kelas ke kelas 2 SMA, sekarang aku bukan lagi anak SMA, sekarang aku
Mahasiswa Universitas Indonesia, ya, Alhamdulillah sesuai dengan mimpiku masuk
Universitas Indonesia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Butuh
kerja keras yang besar untuk mencapai mimpiku yang satu ini dan butuh usaha
keras untuk belajar di fakultas ini, mulai dari materi kuliahnya juga praktiknya.
Aku jadi ingat saat aku kelas 1 SMA, saat dimana penjurusan dimulai, aku dan temanku
sudah pasrah dengan takdir, kalau ipa ya bersyukur banget, kalo ips ya gapapa yang penting naik kelas, itu yang
kita ucapkan walaupun dalam hati aku ingin banget
masuk IPA karena aku ingin ke FMIPA. Tapi orang-orang disekelilingku merasa aku
tidak akan mampu masuk FMIPA, bahkan kalau saja aku masuk IPA itu adalah
keajaiban, karena mereka tau nilai-nilai IPA-ku yang jelek. Bahkan saudaraku
mengatakan kalau aku bisa naik kelas itu adalah keajaiban yang luar biasa. Saat
Ibuku mengambil raport aku hanya bisa berdiam diri di rumah dan tidak bisa
tersenyum memikirkannya membuatku ingin menangis.