Jumat, 09 Desember 2011

kenangan yang terlupakan


Aku mengambil beberapa buku tahunanku, saat aku di sekolah dasar, saat aku di sekolah menengah pertama, dan beberapa foto saat aku di sekolah menengah atas. Didalam buku-buku kenangan tersebut terekam memori memori kenangan, sedih maupun senang. Bagaimana rasa deg-degkannya­ saat belum belajar ketika ingin kuis, bagaimana rasa sedih dan malunya ketika aku masuk di kelas karantina, betapa senang nya ketika aku mengikuti olimpiade dan dipilih untuk menuju SMAN 1 walaupun tidak jadi karena aku belum siap sama sekali. Ketika aku menonjok teman sekelasku karena aku kesal, ya, aku ingat itu SD kelas 2. Saat-saat dimana aku dan temanku dipanggil ke BK karena sering bolos dari pelajaran tahfidz di kelas 1 SMA semester 2 karena aku tidak terima diturunkan menjadi tahsin, ya, dari aku SD aku sudah di 

sekolahkan di sekolah islam dan aku sudah tahfidz sejak aku kelas 3 sd, tapi tiba-tiba aku diturunkan menjadi tahsin karena aku tidak kuat mengahapal 5 baris dalam 1 pertemuan mungkin karena itu. Sempat kesal juga, tapi sewaktu ujian akhir sekolah pelajaran tahfidz dan ternyata menurut murid-murid tahfidz disuruh menghapal 60 baris aku dan temanku yang sama-sama protes diturunkan di tahsin merasa senang karena kita tidak tahfidz, ya aku ingat kenangan itu.  Ya walaupun aku baru masuk kelas 2 SMA tapi aku merasa kenangan-kenangan sejak aku SD dan SMP atau bahkan saat aku tidak sedang di sekolah, seperti saat aku bertengkar dengan teman kecilku yang dari TK sampai SMA kita satu sekolah karena berebut mainan lalu kakakku datang dan membelaku, ya itu aku tidak ingat sebenarnya tapi yang ingat teman kecilku itu dan dia menceritakan kepadaku.

 Ada juga saat saat dimana aku sangat kesal dengan tenggaku karena sering mengambil barangku, lalu aku melempar batu ke dia dan dia menangis sedangkan aku langsung lari ke belakang jendela, ya ya aku ingat itu. Aku ingat ketika aku kelas 1 SMA saat di sekolah ada acara, dan aku beserta temanku berancana datang jam 9, tapi karena temanku merasa itu terlalu siang jadi datengnya jam 8 dan ternyata di sekolah sepi, jadi kita jalan-jalan ke perempatan gunadarma untuk membeli donat, dan ternyata tutup, lalu kita berencana ke toko es krim dan itu juga tutup, akhirnya kita buat rencana baru gimana kalau pergi ke universitas gunadarma, tapi karena kita takut dan malu-malu akhirnya tidak jadi dan kita menuju calon universitas kita Universitas Indonesia, menuju ke Fakultas Psikologi dan Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam lalu kita berfoto-foto untuk menunjukkan bahwa kita calon mahasiswa universitas Indonesia (emang kalo moto-moto mesti alesannya itu? -.-)

Ya, aku ingat saat aku ingin menjadi dokter, lalu berganti menjadi guru TK karena aku menyukai anak kecil dan karena aku merasa  tidak mampu untuk menjadi dokter, tapi orangtuaku ingin aku menjadi sastra arab karena aku suka bahasa arab, tapi aku bersikukuh ingin menjadi seorang ilmuwan karena aku merasa seorang ilmuwan itu hebat, dapat menciptakan sesuatu yang blom pernah terfikirkan oleh kita manusia, tapi tetap yang paling hebat adalah Allah subhannallahuwataala, dan karena aku menyukai kimia, tapi itu awal SMA semester 1, dan ternyata kimia itu sangat sangat mantap memusingkan, jadi aku beralih cita-cita yang aku yakin tidak akan berubah lagi, cita-citaku keliling dunia, menjelajahi dunia, mempelajari budaya Negara-negara, mempelajari bahasa dunia, dan jika aku mampu dan mempunyai ilmu yang cukup aku juga ingin berdakwah di Negara-negara tempat aku datangi. Tapi ada satu masalah yang cukup besar, aku tidak bisa bahasa inggris, bahasa internasional. 

Tapi bukankan untuk mencapai cita-cita yang kita inginkan banyak rintangannya?. Bahkan yang tadinya aku tidak bisa membedakan antara calon dengan mantan dan seiring berjalannya waktu aku mulai mengerti apa perbedaan dari kedua kata tersebut. Lucu sekali harus anak SMP sepertiku saat itu sudah mengerti kata egois, munafik, dll. Yang anehnya lagi aku pernah berpikir mengapa baju disebut baju? ya, tapi itu tidak terlalu penting.


*  *  *


Aku tersenyum melihat tulisanku sewaktu aku baru naik kelas ke kelas 2 SMA, sekarang aku bukan lagi anak SMA, sekarang aku Mahasiswa Universitas Indonesia, ya, Alhamdulillah sesuai dengan mimpiku masuk Universitas Indonesia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Butuh kerja keras yang besar untuk mencapai mimpiku yang satu ini dan butuh usaha keras untuk belajar di fakultas ini, mulai dari materi kuliahnya juga praktiknya. 

Aku jadi ingat saat aku kelas 1 SMA, saat dimana penjurusan dimulai, aku dan temanku sudah pasrah dengan takdir, kalau ipa ya bersyukur banget, kalo ips ya gapapa yang penting naik kelas, itu yang kita ucapkan walaupun dalam hati aku ingin banget masuk IPA karena aku ingin ke FMIPA. Tapi orang-orang disekelilingku merasa aku tidak akan mampu masuk FMIPA, bahkan kalau saja aku masuk IPA itu adalah keajaiban, karena mereka tau nilai-nilai IPA-ku yang jelek. Bahkan saudaraku mengatakan kalau aku bisa naik kelas itu adalah keajaiban yang luar biasa. Saat Ibuku mengambil raport aku hanya bisa berdiam diri di rumah dan tidak bisa tersenyum memikirkannya membuatku ingin menangis.